Sabtu, 15 Januari 2011

Balasan Tukang Sogok

Suatu hari, Qarun memanggil seorang WTS dan memberinya segepuk uang sebagai sogokan agar mau mengatakan di hadapan khalayak Bani Israil bahwa Musa telah menzinahinya. Qarun merencanakan untuk menggelar pertemuan dan memnta Musa menyampaikan wejangan.
                Tanpa rasa curiga, Musa memenuhi permintaan itu. Orang-orang pun berdatangan. Ketika Musa sedang memberikan wejangan tiba-tiba Qarun berkata, “Wahai Musa apa yang engkau lakukan terhadap orang yang mencuri?”. Musa menjawab, “Kita akan potong tangannya.” Qarun menambahkan lagi, “Kalau orang yang berzina?” Musa menjawab, “Kalau ia orang yang sudah menikah, hukumannya dirajam (dilempar batu hingga mati). Jika ia belum menikah, hukumannya dicambuk.”
                Qarun menimpali, “Sekali pun pelakunya itu engkau sendiri?” “Aku berlindung kepada Allah dari melakukan hal itu. Hukum had tetap berlaku terhadap semua orang, sekalipun aku sendiri.”
Qarun segera berkata pada wanita yang telah disogoknya, “Berdirilah!” Namun anehnya wanita itu tidak mampuberdiri. Ia gemetaran dan sekujur tubuhnya menggigil. Dalam suasana seperti itu, ia pun berterus terang, “Wahai Musa, Qarun telah menyuapku agar menuduhmu berbuat zina dengan diriku.  
Emosi Musa meluap. Ia pun berkata, “Aku memintamu atas nama Dzat yang telah menurunkan Taurat, apakah yang dikatakan Qarun benar?” Wanita itu menjawab, “Aku bersaksi, engkau terbebas dari tuduhan itu.”  Begitu mendengar hal itu, Musa langsung sujud seraya mendoakan kebinasaan orang yang menzaliminya.
Allah pun mewahyukan kepadanya agar mengangkat kepala sebab bumi telah tunduk kepadanya. Musa berkata kepada bumi. “Telanlah mereka!” Bumi menlan Qarun dan kawan-kawannya sebatas kaki. Kemudian menelannya lagi hingga sebatas lutut mereka. Demikianlah hingga bumi benar-benar menelan sluruh jasad mereka, tidak seorangpun yang tersisa.
Dalam hal ini, Qatadah as-Sadusy berkata, “Allah menghempaskan mereka setiap harinya seukuran badan mereka hingga hari kiamat.” Dalam riwayat Ibn Abbas disebutkan, mereka telah dihempaskan ke dalam 7 lapis bumi.

Selasa, 11 Januari 2011

Ciptakan Fun Learning

Pendidikan adalah bentuk dari representasi pembelajaran yang dapat berdampak pada perkembangan potensi dan skill peserta didik. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, guru harus terampil dan kreatif supaya pembelajaran tidak monoton.

Guru bukan sekadar mengajar secara teoretis dan menargetkan lulus dengan nilai terbaik pada eksekusi akhir (ulangan dan UN), tapi lebih dari itu, bagaimana mendesain lebih untuk bisa membentuk karakter anak didik. 
Dasar pemahaman ini harus dijadikan fondasi berpikir bagi setiap guru.Sebab, mereka mempunyai peran strategis untuk mendesain dan merekayasa bentuk pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan. 

Mereka dapat memberikan sederet kemampuan. Karena itu, tanpa punya keahlian khusus dalam menyampaikannya, pembelajaran pun hanya bersifat monoton dan terlihat kaku, bahkan tidak sesuai dengan target. Jika tak ingin dianggap siswa sebagai guru yang kuper dan jadul, seharusnyalah guru pandai menyiasati semua itu dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) sehingga kelas terasa hidup, mengasyikkan, dan membekas pada diri siswa.

Tentu hal itu tidaklah mudah. Sebab, butuh keahlian dan keyakinan kuat serta semangat membaja sehingga akan mempermudah dalam penanganan dan pengelolaan kelas yang efektif. 

Libatkan Siswa 

Dalam perencanaan pembelajaran, tak ada salahnya guru melibatkan siswa. Pertama, siswa harus diajak untuk terlibat aktif sehingga termotivasi dalam melakukan apresiasi dan kreativitas di kelas dengan cara memberi game.
Kedua, guru harus mengerti kondisi kelas sehingga tidak bisa disamaratakan antara kelas satu dan kelas yang lain, maka dibutuhkan strategi penanganan yang berbeda pula. Ketiga, memanfaatkan fasilitas baik berupa metode, multimedia, lingkungan maupun alat pendukung lainnya yang bisa membuat siswa merasakan betah dan nyaman dalam belajar di kelas.

Apakah ini semua mungkin dan bisa tercapai? Tentu diperlukan ijtihad (keyakinan) ekstra dari para guru dan kreativitas. Dengan menanamkan paradigma holistik maka akan tercapai inovasi tiada batas dari pendidik dan siswa pun lebih bergairah serta kreatif ketika model pembelajaran menyenangkan (fun learning) dapat dijalankan.

Dampaknya, anak didik dapat memaksimalkan potensi. Dengan demikian, otomatis para guru telah menyukseskan bentuk pendidikan tanpa mengesampingkan proses untuk mencapai hasil yang maksimal. Lebih jauh lagi, bisadikatakan guru telah melakukan investasi sumber daya manusia (SDM) untuk jangka panjang. (71)
 
Oleh ; Agus Thohir, Guru SMP Negeri 31 Semarang dan Direktur Lingkar Studi Alternatif (LASTA) Semarang.
(Tulisan ini pernah dimuat di Harian Suara Merdeka pada Rubrik Pendidikan, 20 Oktober 2008)